Thursday 22 August 2013

Home sweet home.

Hoaaahhh gila udah lama kaga ngeblog. Jujur aja.. spirit buat ngeblog dan berbagi cerita sama para pembaca yang ngga gue ketahui ini selalu ngga ada.
Pas mau ngetik, mager buka kompi, mager moto, mager ngetik.. ujung-ujungnya mager. Magerrrr..

Oh ya, pokoknya mau menyapa para pembaca blog yang sangat tidak terurus ini. Hai semuanya!!!


Jadi gue sudah melewati stage level paling berbahaya di antara seluruh semester. Bahkan UAS gue pun berhasil menyisakan jejak deg-degan (sialnya lagi nilai belon muncul juga. Njaaayyy). Pokoknya sih, gue bener-bener punya banyak bahan untuk gue ceritain disini. Harusnya ngeblog itu bikin gue jadi makin rajin yak.. daripada gabut gajelas dirumah, mendingan sharing-sharing cantik gitu sambil sesekali latihan bahasa indonesia yang baik dan benar. nyah.

Oh dan Summer ini pun gue memutuskan buat pulang :3
akhirnyaaaa balik juga meski gue paling muak sama prosedur x-ray di bandara dan ngisi-ngisi form apalah itu. Gue selalu bermimpi, seandainya aja ya dari Jepang-Indonesia kaga perlu bawa koper segede gaban. Bawa diri aja gitu.. kan enak.
Tapi entar lah itusih kalo gue punya rumah dan stok baju oke di dua tempat (dan ujung-ujungnya gua pun pake baju-baju lama gue disini hahaha. Masih muat~)
jadi gue mendengar kabar bahwa adek gue ga ada yang jagain dirumah.
perasaan udah ngga enak.
Nyokap ngga pulang-pulang (fyi: nyokap pramugari)
perasaan udah ngga enak.
Kemudian pembantu pun... ikutan jadi bang toyib.
perasaan semakin tidak enak.

Dan bener aja..

Pulang-pulang gue langsung dapet training gratis jadi ibu rumah tangga.
(baca: nginem)

jadi begini..
rasanya jadi ibu.. ibu itu memang MOM: Master of Multitasking.
Oh ngga hanya itu aja sih...
gue pun merangkap sebagai chef (dimana gue ga biasa sama masakan sini jadi weeh apa yang bisa gue goreng, goreng.. gue rebus, rebus.. gue makan langsung, makan langsung...), kemudian guru les buat adek gue (bikin soal buat latihan adek gue ngerjain lengkap gue fotokopiin), guru les piano (kebetulan, bisa main juga), jadi tukang ojek (jemput adek gue pake motor saban ari), jadi tukang laundry (cuci gosok. gue pun harus deal sama setrikaan. argh), dan jadi tukang kebun (siram taneman pagi sore). Oh iya, jadi pengurus hewan juga (adek gue punya 2 ikan cupang yang haus perhatian gue).

Nasib si mbak ngga pulang lagi... jadi deh gue TKJ yang ke Indonesia...
Oh yaa adek gue masih SD kelas 5...
kekecilan buat ditinggal sendiri.

Akhirnya karena gue ga punya kesempatan buat pergi-pergian (karena gue pun merangkap sebagai hansip dan satpam), gue pun akhirnya lebih sering manggil temen-temen gue ke rumah. Huhu.. gagal deh jadi anak gahoel jakarta :(

Tapi ga apa-apa sih. Setelah survey ke beberapa temen, ternyata mereka pun lagi krisis PRT. Naiiiiss.

oh dan ini current picture gue setelah seharian nginem dan berhasil ngejogrog lagi depan si Macarena:


daster kuning~ daster paporit yang adem

pokoknya selama gue di hometown, gue memutuskan buat bebas dari make up dulu. udah deh jadi anak rumahan, apa adanya, dan pastinya lebih hemat. ngahahaha.

Jujur aja sih, post-post 9gag yang menunjukkan bahwa "pulang ke rumah adalah dimana kau bisa menemukan kulkas penuh isinya" itu ngga sepenuhnya bener. Terutama, kalo lu terbiasa hidup dengan membutuhkan pembantu dan punya adek yang masih kecil dan gabisa ditemenin kemana-mana dan kemampuan masak lo dikit dan emak lu ga ada, sumpah, sama aja kayak di kos-kosan... hiks.

Jadi... seminggu setelah kepulangan, gue belum explore ke tempat-tempat seru lagi di Ibukota.
Dan gue rasanya pengen balik aja ke Jepang.. at least gue bisa jalan-jalan disana..
tapi yaa.. gue masih menikmati setiap menit yang ada disini. Kapan lagi sih bisa ada di rumah lagi meski nyokap belum pulang-pulang juga huhu..

At least.. gue bisa beli nasgor lagi di pinggir jalan. Bahagia itu.. sederhana kok.

Mudik sementara dari negara orang buat istirahat itu... kayak ngecharge tenaga dan pikiran.



"Gue kan pulang mau hepi hepi! bukan buat nyuci piring argh!!!"
-seseorang yang gue lupa namanya, tapi gue inget dia senasib sama gue.

Friday 3 May 2013

Tepat satu tahun yang lalu

Tepat satu tahun yang lalu,
dibawah payung transparan dengan siraman hujan, kamu datang menemui aku pertama kalinya, tersenyum dan berkenalan.

Tepat satu tahun yang lalu,
kamu perkenalkan aku dengan dia yang membuatku patah hati.

Tepat pada tahun yang lalu,
pertama kalinya kita berdua, pergi memberikan ketenangan pada telinga kita berdua, dan terekam tv lokal, di anggap sebagai 'sepasang kekasih'.

Tepat pada tahun yang lalu,
kita saling menempelkan telapak tangan. Pertama kalinya kita bersentuhan fisik. Dan tanganmu, 3 kali lipatnya tanganku.

Tepat pada tahun yang lalu,
aku mengirimkan surat padamu dan sebungkus kecil kit-kat, sebagai hadiah ulang tahunmu yang ke 22.

Tepat pada tahun yang lalu,
aku menangis di depan kamu, merasa kamu tidak pernah mengerti apa yang aku mau.

Tepat pada tahun yang lalu,
aku pernah marah di depan semua orang, sehingga membuat kamu terdiam serba salah dan memilih untuk tidak protes.

Tepat pada tahun yang lalu,
pertama kalinya aku melihatmu telanjang dada, menabuh drum di belakang sana.

Tepat pada tahun yang lalu,
aku mendengarmu bilang: "kamu cantik bila sedang tidur." dan mengambil momen tersebut melalui ponsel kamu.

Tepat pada tahun yang lalu,
kamu menyapaku sambil menaiki sepeda sport-mu itu.

Tepat pada tahun yang lalu,
aku mendapati diriku salah dalam menebak bahwa kamu suka warna hijau, bukan coklat seperti isi kamarmu.

Tepat pada tahun lalu,
kamu berbicara di telepon dengan seorang wanita, "aku boleh telepon kamu sekarang, kan?"

Tepat pada tahun lalu,
kamu pernah berjanji akan pergi berpetualang bersama, hingga akhirnya kamu memutuskan bertualang sendiri tanpa setahu aku..

Tepat pada tahun lalu,
kamu pernah mengemudi dalam keadaan mabuk, nekat meneguk satu botol sake meski tahu kamu tidak kuat minum sake.

Dan tepat satu tahun yang lalu,
aku diam-diam jatuh cinta kepadamu, di restoran, malam itu, saat kamu duduk di sampingku dan berkata: "aku sudah punya kekasih."

Terima kasih untuk satu tahun yang begitu berharga ini. Aku merasakan banyak sekali rasa manis dan pahit saat-saat masih bersama, maupun yang bersifat individu. tepat satu tahun kita bertemu, satu tahun kemudian kita harus berpisah.
Aku sudah tahu, bahwa kamu tidak akan bisa terus-terusan di sisi aku, dan aku tahu perpisahan itu cepat atau lambat akan terjadi. Aku tidak menyesali kepergian kamu, maupun kenangan yang tidak langsung sudah kita buat selama ini. Aku begitu mengingat setiap detik ekspresi wajah kamu, aku hanya berandai-andai apakah kamu pun merasakan hal serupa. Seperti sudah diramalkan, selama satu tahun ini aku sudah tahu rasanya menangis di depan kamu, marah kepada kamu, tertawa bersama kamu, atau membuat kamu merasa gusar. Satu tahun, adalah waktu yang sebentar, saat aku menciptakan berbagai emosi yang cukup banyak.

Terima kasih, dan selamat menuju kebebasan menjadi orang di luar sana.

Tuesday 15 January 2013

Ketika larangan akhirnya membolehkan

Masih saling pandang, ketika orang terakhir di studio pergi untuk mencari nafkah.
Hening masih menyelimuti. Asap putih rokok mengambang di langit-langit, lenyap tersapu udara dingin dari luar jendela.
Masih dengan jari yang lihai di badan indah gitar itu, aku masih melihat jemari gemulai yang saling mengejar sambil menekan senar.
Jariku tak mau kalah. Sambil mencoba menekan tuts yang tak mau menurut, kupaksa mereka.
Hingga akhirnya dia menaruh belahan jiwanya dan menghampiriku, duduk di sampingku.
"Aku mau tangan kirimu tekan disana. Aku mau coba yang kanan." katamu.
Aku sedikit bingung. Sejak kapan dia mengenal piano?
Tapi jauh di dalam batinku, aku tahu dia memang musisi betulan. Mungkin dia tidak bisa menekan secara benar potongan plastik berwarna putih dan hitam itu, tapi dia tidak tuli.
Kemudian 5 menit 'kedekatan' kita berdua ini membuat hatiku sedikit gemetar. Sudah lama sekali kita tidak duduk berdampingan sedekat ini.
Dan rasanya tidak sampai sebulan, bahwa terucap dia enggan untuk berada di situasi 'intim' seperti ini bersama saya. Bahwa untuk menghormati tambatan hati barunya, yang jelas-jelas teman terdekat saya sendiri.
Dan setelah melewati malam-malam dingin bersuhu 3 derajat, hatiku berucap,

"Toh akhirnya kita berdua juga, kan?"

hanya itu saja. sebuah kenyataan yang diizinkan oleh yang melarang sendiri. Yang tidak berani mengucapkan secara lisan, dan saya membiarkan apa adanya di kotak kecil tempat para seniman berkumpul.
tidak akan ada gunanya toh meminta untuk jauh dari saya. kita tetap akan berdua, kita saling butuh, bahwa roda dari berjalannya kereta yang tengah menanjak ini kita berdua. tidak ada yang lain.
Akhirnya saya berhasil berdua lagi bersama kamu. Satu jam saja, bisa bicara lagi, saling melontar ide, dimana kamu juga mengajari saya perlahan dengan dasar yang begitu dasar. Meski hati saya sangat tidak setuju, tapi percaya lah, kamu satu-satunya yang membuat saya untuk tidak bilang 'tidak'.
Bahwa sejauh ini, saya melakukan hal-hal aneh agar kamu bisa bebas. Saya bernyanyi buat kamu, saya bercinta dengan piano demi kamu, meski akhirnya kamu pilih perempuan yang beda-tipis dengan saya. Alasannya, saya bagian dari nafas dia dan anggota ini. Atau diam-diam, kamu bilang saya terlalu sempurna, dan dia merupakan potongan yang membuat dia sempurna.
Seandainya saja saat itu saya bisa peluk kamu. Mumpung saya dalam keadaan sadar, mumpung tidak ada dia, dan mumpung kita tidak bisa pergi satu sama lain. Hanya pikiran saya saja yang bergerak liar, tanpa mampu menggerakan tangan saya yang ingin sekali menyentuh jarinya.

Tapi... akhirnya kita berdua juga, kan?

Saturday 5 January 2013

Ketemu mas Jimmy.

Hari Sabtu ini sebenernya udah niat banget buat nugas. Tapi pas udah ketemu komputer sama kasur, udeh dah blas ilang wes-wewes-ewes bablas niatnye.
Jadi siang ini gue hunting kasur penghangat listrik biar gue ngga terus-terusan tidur di kolong meja *haduh kasian bener...
Masalahnya tidur dibawah meja tuh berasa banget kayak kepanggang. Dikecilin tempraturnya ga kerasa, digedein paha jadi panas. Kalo paha gue ntar jadi crispy gimana? Kan ga mungkin laku juga.
So gue dan temen gue pun janjian di stasiun buat cari-cari selimut listrik. Dengan modal duit pas-pasan, berangkatlah kita berdua ke home center deket stasiun.
Dan entah kenapa gue suka banget sama home center. Apa ya.. gue emang seneng aja gitu sama perabotan rumah dan kalo punya rumah sendiri pengeeen banget bisa nata ruangan sendiri hihihi.

Oke sebenernya ngga ada yang spesial juga sih dari pencarian selimut listrik ini.
Palingan pas ke home center pertama, gue mendapati banyak sekali ikemen.

Oh apakah ikemen itu?
Ikemen adalah kata lain dari cowok ganteng. Biasanya, cuma orang beriman yang bisa bedain mana cowok ganteng dan ikemen. Jelas, mereka berbeda. Tapi ngejelasin dimana perbedaannya gue juga susah. Mungkin karena gue sangat beriman. *di karungin

Gue juga bingung kenapa para ikemen itu malah banyak yang kerja (atau mungkin part time) di home center. Gue sendiri sempet bingung ada seorang ikemen (staff) yang setiap papasan sama gue senyam senyum sambil basa-basi. Entah tertarik sama gue apa dompet gue. Hanya Tuhan yang tahu.
Dan ternyata selimut listrik di home center ikemen itu mahaaaal pisan. Dan duit gue yang sama ngepasnya kayak muka gue ini jelas ngga mencukupi. Akhirnya gue keluar home center dengan tangan hampa dan duit utuh. Oh yeh.
Dan ternyata juga, ada home center lainnya ga jauh dari situ. So kita berdua pun kesana. Dan gue mendapati selimut listrik kece gue ini separo harga sekali dan anget :3
Ini dia wujudnya:

maap yak rada berantakan

Jadi selimut ini akan menyelamatkan badan gue dari kedinginan sepanjang winter di Jipun.
Oke sekian cerita soal selimut listriknya. Ini memang berlainan sama titel saya yang berjudul 'ketemu mas Jimmy'. Mungkin pertanyaannya adalah, siapakah mas Jimmy?

Gue memutuskan pulang pake trem ke rumah dan ngejemput si Ayu (nama sepeda gue) di gang deket trem shelter deket kampus. Dan pas berhenti di sebuah stasiun, tiba-tiba 'kucuk-kucuk' ada yang dateng dan 'nyos' duduk di sebelah gue. Deket pulak.
Oke. Gue sekelibat liat, bahwa gue kenal orang ini. Jelas, gue kenal dan pernah ketemu. Tapi sayangnya sih gapernah ngobrol. Hanya sering liat, dan ga pernah ngobrol.
Gue masih melukin tas selimut gue yang gede dan cukup nyusahin itu. Dan di stasiun berikutnya, ada anak kecil Jepang sama ibunya, dan itu anak juga duduk di sebelah gue. Oh engga kali ini gue ga kenal itu siapa anak kecil. Tapi karena dia duduk di sebelah kiri gue, gue pun terpaksa nggeser lebih mendekati si mas Jimbo ke sebelah kanan.
Meski gue berusaha pura-pura ga kenal, nurani tetep ngga bisa bohong. Dan gue mulai awkward sendiri. Karena negor pun, gue ga yakin dia tau gue karena emang cuma ketemu sekali, dan ga pernah ngobrol sama sekali. Gue pun tau namanya ya pas dia perkenalan diri di sebuah grup (dan gue juga disitu). Mau gue diemin juga ga enak karena dia senior gue. Serba salah, Jendral.

Dan akhirnya di sebuah stasiun dan kebetulan trem ngedadak rem, gue pun nengok penuh ke kanan, gue liatin si mas Jimmy dan akhirnya...
"Ah! Konnichiwa!"
Dia pun angkat bicara, saudara-saudara!!!!
"Eh iya, kak. Konnichiwa juga..." kata gue.
"Abis belanja yak?"
*muka Nicholas Cage. "Jelas, kak."
"Beli apa sih?"
"Ini lho.. selimut listrik inilho.. saya ngga punya jadi beli..."
*gantian muka Nicholas Cage. "Ah ya I see."

Ini conversation paling awkward sedunia.
Sejauh apa yang udah gue pelajarin tentang orang Jepang, gue pun sedikit berhati-hati buat memulai pembicaraan. Dan gue juga ngga mau terlalu hot tanya ini-itu. Tapi sebenernya gue sendiri bingung enaknya nanya apaan.
Akhirnya gue sempet tanya dia aslinya Jepang mana ("oh saya asli sini kok. Rumah saya di Ino."), ngomongin cuaca karena sempet mendung tadi sore ("mungkin malem ujannya. Agak khawatir juga ya saya."), habis dari mana ("oh tadi sempet ada urusan di kota."), terus selama liburan pendek ini dia ngapain aja ("saya part time job, jalan-jalan dikit, ya begitu deh."), dan nanya bapaknya siapa ("hah?"). Oh ngga ding itu sih ngga ditanya.

Dan setelah basa-basi garing itu, sempat terjadi kebisuan di antara kita berdua *duile. Dimana sesekali cuma ketawa-ketawa doang kalo liat gue kerepotan mindahin selimut gue yang segede gaban itu di kursi. Dan akhirnya topik kita beralih ke yang lebih internasional dikit. Misalnya, ngomongin bahwa cuaca di Indonesia itu ga ada dingin-dinginnya. Panas terus-terusan dan ga ada salju sama sekali. Terus mas Jimmy ternyata pernah juga ke luar Jepang, yaitu ke Irlandia. Alesannya karena suka banget sama musiknya Irlandia dan akhirnya dia pun maen kesana. Batin gue: "orrrrang kayyyyaaaa...."
Itu sungguh keren. Gue sangat-sangat suka lho sama Jepang yang udah ke luar negeri. Kadang, Jepang yang udah ke LN itu ngga akan ketutup-tutup banget dan bisa lebih supel dalam komunikasi. 'Pernah ke LN' yang dimaksud konteks itu sebenernya sih lebih ke 'pernah belajar di LN lebih dari 6 bulan'. Tapi mas Jimmy gue bilang juga udah ngga 100% Jepang-Jepang banget. Dia juga bilang seneng banget punya temen-temen LN.
Namun sayangnya obrolan harus berhenti karena gue harus keburu turun.
"Hati-hati yak cil. Itu bawaannya gede banget semoga bisa pulang pake sepeda dengan aman ya." katanya.
Dan karena keasyikan ngobrol, gue pun lupa nyiapin recehan buat bayar tremnya.....................

Jadi, pertemuan sama mas Jimmy juga ngga gitu wah atau istimewa. Cuma hm, akhirnya gue punya temen jepang baru :3
Mas Jimmy itu ngga ikemen, tapi cakep. Tinggi, kurus, rambut gondrong, idung mancung dan bibirnya itu kayak udah nge-shape senyum terus dari sananya. Kalo susah ngebayangin, mirip-mirip dikit sama Pierre Roland-nya Gerhana. Bedanya dia orang Jepang dan kulitnya ga gitu putih. Well then.
Semoga pertemuan sama mas Jimmy di kampus bisa kasih kemajuan. Maksudnya, kalo selama ini cuma lewat-lewat doang, semoga bisa tegor-tegoran huehuehuehue.

Thursday 3 January 2013

Ngemong Anak Kecil.

Bahasan berikutnya di tahun 2013 ini adalah: Ngemong Anak Kecil.


Ngemong, yang di ambil dari bahasa Jawa yang artinya kurang lebih sama kayak 'ngemanja' atau 'ngasih perhatian'. Atau mungkin bahasa Australia-nya, easy-going. Dan biasanya sih dipake buat orang-orang dewasa yang bisa mahamin perasaan anak kecil. Yang bisa bikin si anak kecil ini anteng berjam-jam, bisa becanda, bisa masuk ke dunia si anak dan bikin si anak kecil ini nyaman. Demikian bahasannya.

Mungkin sudah merupakan hal umum di kalangan keluarga gue, gue adalah satu-satunya anak cewek yang sangat sangat ngga bisa ngemong anak kecil. Gue itu orang yang bener-bener kaku banget sama anak kecil. Bahwa ngelawak sama anak kecil aja kaga bisa. Megang aja ga mau. Aduh pokoknya horrible banget deh sama anak kecil :|
Biasanya kalo gue coba becanda sama anak kecil, biasanya si anak akan menatap gue heran dan ngasih gue pandangan dan respon seperti:

DAFUQ? Ente ngelawak?

Itu kejaaaaamm T.T
Tapi beneran deh gue entah kenapa ga bisa banget ngayomin anak kecil... Pengen, tapi suka takut sendiri. Dan jangankan sama seumuran, ya sama yang segede gitu aja gue suka abis topik pembicaraan. Makannya jadi bingung sendiri. Terus kalo udah nangis, suka panik sendiri....
Aduh aduh calon ibu di masa depan kok begini sih :| Padahal anak-anak kecil tuh lucu. Nggemesin. Apalagi anak-anak Jepang. Kyaa yang sipit-sipit tembem kayak mochi yang pipinya minta di jawil itu. Baju-baju yang mungil-mungil gitu kyaaa.

Makannya gue suka sirik banget sama orang-orang yang bisa banget ngayomin anak kecil. Bisa ngemong. Salah satunya sodara-sodara gue yang dominan jago banget ngemong anak kecil. Pantes banget deh jadi ibu-ibu atau bapak-bapak :p

Kata Nyokap: "Iyaaa. Kamu mah musuhan mulu sama anak kecil. Tipikalnya judes, ketus, jutek sama anak kecil hihihi."
Kaaaan...

Dan karena alasan ini lah gue mencari pendamping yang suka sama anak kecil. Jujur aja, gue bisa jatuh cinta banget banget banget sama cowok yang jago ngayom anak kecil (karena sadar gue gabisa kayak begitu). Gue berkali-kali ketemu cowok-cowok tipikal seperti itu dan pasti bawaannya mau nangis (sekalian bilang "Marry me noooow!!!!"). Seneng liatnya pas dia gendong anak kecil, di angkat tinggi-tinggi kayak main pesawat-pesawatan, terus main kejar-kejaran sama anak kecil. Haduh kok gue bisa sih kalah sama cowok...

udah setua gini, kira-kira perilaku gue ke anak kecil bisa berubah ga ya?
Masa iya gue yang jd anak kecilnya... kan ga lucu. Sangat-sangat ga lucu.
Gue udah coba padahal buat bisa deket sama anak kecil. Pasti anak kecilnya yang ngejauh dari gue. Mau marah juga gabisa disalahin... kan mereka anak kecil ._. dan ngadepin anak kecil emang susah banget ternyata. Butuh konsentrasi tinggi buat ngadepin mereka. Dan harus extra sabar. Lah gua labil begini gimana coba mau sabar... sabar ga pake ekstra aja udah gabisa gimana sabar pake doang?

Mungkin cara termudah buat bisa ngelatih sabar yaaa dari melihara hewan kali ya.... ah entah deh.

harus bisa ngemong bocaaah.

Selamat tahun baru 2013!

Emang emang emang iyaaa gua telat banget ini ngepostnya soal tahun baru. Tapi sebenernya sih udah sempet ngepost juga soal tahun baru, tapi di blog yang versi bahasa Australia. Nih bisa klik disini kalau mau baca baca juga. Sekalian juga buat latihan nulis hehehehe.

Jadi, gimana nih 2013?
2013 gue masih biasa aja. Masih dingin kayak freezer, masih jomblo *duile*, dan masih hobi bangun siang kalo liburan. Entah lah, setelah ditempa habis-habisan semasa kuliah, gue selalu pake waktu liburan gue buat tidur sepuasnya. Yes, you can call me a pig too. Makaaan dan tidur.

So far, progres gue di 2013 belum sepenuhnya jalan. Niat kembali jadi vegetarian aja udah gagal di tanggal 1 (makan yakitori. Ngga tahan ngidam yakitori aaa). Terus ya semoga aja ngga keterusan gagalnya huehuehue. Resolusi 2013 gue ga muluk-muluk. Cukup 156x1024 megapixel aja.

Nah gue sempet termenung juga sebenernya. Di 2013 ini gue bisa ga ya jadi manusia lebih baik dari sebelumnya? Gue emang sukses banget sepanjang 2012 ngabisin idup gue dengan bergundah-gulana, galau, gacin (gagal cinta) dan lain-lain yang sedih-sedih. Gue harus bikin 2013 gue ini lebih ceria. Salah satunya, no boys no cry *halah.
Masa taksir-taksiran kampus gue udah resmi berakhir di bulan Desember menjelang natal. Manusia terakhir yang gue targetkan jadi pacar gua kelak ternyata lebih milih orang lain. Baiklah. Hadiah gagal dikasih, hatiku pun gagal dapet pendamping. Oh gapapa sih yang penting udah ngga urusan lagi. Huehuehue..
Dan sempet juga hati gue terketuk bahwa, sepanjang 2012 ini (sejak stay di Jepang dan tinggal sendirian dan begawul disini), kayaknya gue melupakan sesuatu.

Gue melupakan Tuhan.

Itulah yang gue rasain. Dan akhirnya pikiran gue melayang, dan gue mengkaji ulang apa yang terjadi selama 2012. Sesuatu yang udah-udah itu rasanya selalu berkaitan dengan iman yang sekarang gue punya ini. Gue ternyata udah jauh banget sama Tuhan.

Mungkin Tuhan cemburu.
Akhirnya Dia buat aku merana.
Pisahkan aku dari yang aku cinta.
Karena manusia pun bisa berbuat keji saat cemburu.
Bagaimana dengan Tuhan?

Hem. Oke itu cuma sekelibat tulisan yang udah lama mau gue ketik...
Aslinya sih Tuhan ga akan rugi kalo buat cemburu sama gue... Ya Allah maafkan hambaMu ini...
Mungkin iya. Seiring dengan pikiran gue yang makin maju dan digeluti dunia-dunia maju yang semakin 'atheis' ini, gue semakin jauh meninggalkan shalat 5 waktu. Itu yang gue rasakan, dan sangat gue sesalkan.
Mau di negeri orang, gimana pun juga gue tetep punya kewajiban. Mau ujian seabreg pun, gue masih punya kewajiban. Dan gue selalu tinggalkan itu. Dan karena gue terlalu 'fokus' demi dapetin pacar disini, gue pun akhirnya lupain pacar yang sebenernya. Yang ga pernah ninggalin gue 24 jam dan ga pernah tidur setiap malam berganti. Dan akhirnya Dia cemburu. Dia bikin semuanya ga betah dan akhirnya pergi ninggalin gue. Oke itu hanya asumsi kemanusiaan gue aja kok. No offense.

Tetep gimana pun juga, kesedihan yang tertinggal di 2012 itu ga lain dari apa yang gue perbuat.
Ga bermaksud bikin down diri sendiri, tapi gue harus maju. Udah ga jaman ngomong 'I wish'. Tapi semuanya udah berubah jadi 'I will'.

Entah lah. 2013 rasanya emang ga jauh dari tahun sebelumnya, dan hari-harinya juga masih sama, dan makin berat. Toh cepat atau lambat, kita tetep maju, menghabiskan umur, dan ga akan bisa balik ke belakang.
Jalanin aja dulu sekarang yang ada, biar nanti jadi cerita seru untuk yang lainnya.

Iya toh. Hidup itu kan kayak film spontan. Semuanya artis, dialognya bebas. Tanpa script.

Gaboleh galau-galau lagi. Bulan Desember harus jadi air mata terakhir, dan bosen harus nangisin yang ngga worth terus hihihi. Mending nangis karena motong bawang ya.

Jadi, selamat menjalani aktivtias di 2013!
God Bless You!!!